Cara Merelevansikan Isi Dongeng

Dongeng merupakan salah satu bentuk sastra lama yang menceritakan tentang suatu kejadian luar biasa yang penuh dengan khayalan (fiksi) dan dianggap tidak benar-benar terjadi. Meski hanya sebatas khayalan, tetapi melalui dongeng mampu menyampaikan pesan moral atau mendidik dan terlebih cara menyampaikannya yang menghibur sehingga disukai anak-anak.

Dongeng pada umumnya berisi cerita yang menarik untuk didengar dan disaksikan karena biasanya orang yang mendengarkannya pasti akan terhibur. Hal itu disebabkan pula oleh cerita-cerita dongeng berisi cerita-cerita imajinatif yang dapat membawa khayalanmu terbang mengikuti cerita tersebut. Sebagai contoh dongeng-dongeng yang pernah diceritakan tersebut, seperti Legenda si Malin Kundang dari Sumatera Barat.

Karena dongeng merupakan bentuk karya sastra lama yang sudah berkembang sejak zaman dahulu, umumnya, pengarang sebuah dongeng tidak dapat dikenali (alias anonim) sebab dongeng adalah bentuk cerita turun-temurun dari nenek moyang kita. Kejadian dalam sebuah dongeng terkesan sebagai kejadian sungguhan, tetapi pada dasarnya dongeng adalah cerita fiktif dan imajinatif, seperti binatang dan tumbuhan yang bisa berbicara seperti manusia, manusia yang bisa terbang atau menghilang, serta cerita-cerita tentang makhluk halus.

Meskipun isi dongeng hanya cerita fiktif dan imajinatif, pembaca dan pendengar dongeng pasti akan merasa terhibur. Selain itu, dongeng merupakan salah satu karya sastra yang mengandung banyak pesan moral di dalamnya yang dapat dijadikan pendidikan bagi generasi sekarang, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Hal ini menandakan bahwa isi dongeng masih relevan dengan situasi sekarang.

Merelevansikan Isi Dongeng dengan Situasi Sekarang

Sebelum kita merelevansikan isi dongeng dengan situasi sekarang, kita diminta untuk mendengarkan pembacaan dongeng dengan saksama. Untuk merelevansikan isi sebuah dongeng dengan situasi sekarang, kita dapat memulainya dengan menemukan unsur intrinsik dalam dongeng, yaitu tema, amanat, alur, penokohan, latar, dan sudut pandang, lalu kita dapat menghubungkannya dengan situasi sekarang.

Contoh Dongeng : Kisah Seekor Anak Singa

Alkisah, di sebuah hutan belantara ada seekor induk singa yang mati setelah melahirkan anaknya. Bayi singa yang lemah itu hidup tanpa perlindungan induknya. Beberapa waktu kemudian serombongan kambing datang melintasi tempat itu. Bayi singa itu menggerak-gerakkan tubuhnya yang lemah. Seekor induk kambing tergerak hatinya dan merasa iba melihat anak singa yang lemah dan hidup sebatang kara. Sang induk kambing lalu menghampiri bayi singa itu dan membelai dengan penuh kehangatan dan kasih sayang. Merasakan hangatnya kasih sayang seperti itu, si bayi singa tidak mau berpisah dengan sang induk kambing. Jadilah ia bagian dari keluarga besar rombongan kambing. Hari berganti hari anak singa tumbuh dan besar dalam asuhan induk kambing dan hidup dalam komunitas kambing. Ia menyusu, makan, minum, dan bermain bersama anak-anak kambing lainnya.

Tingkah lakunya juga layaknya kambing. Bahkan, anak singa yang mulai berani dan besar itu pun mengeluarkan suara layaknya kambing, yaitu mengembik, bukan mengaum! la merasa dirinya adalah kambing, tidak berbeda dengan kambing-kambing lainnya.

Suatu hari, terjadi kegaduhan luar biasa. Seekor serigala buas masuk dan memburu kambing untuk dimangsa. Kambing-kambing berlarian panik. Semua ketakutan. Induk kambing yang juga ketakutan meminta anak singa itu untuk menghadapi serigala. Namun, anak singa itu sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi serigala telah menerkam salah satu anak kambing yang tak lain adalah saudara sesusuannya.

Induk kambing sedih karena salah satu anaknya tewas dimakan serigala. Ia menatap anak singa dengan perasaan nanar dan marah, “Seharusnya kamu bisa membela kami!”

Anak singa itu hanya bisa menunduk. Ia tidak paham dengan maksud perkataan induk kambing. Ia sendiri merasa takut pada serigala sebagaimana kambing-kambing lain.

Hari berikutnya serigala ganas itu datang lagi. Kali ini induk kambing tertangkap dan telah dicengkeram oleh serigala. Semua kambing tidak ada yang berani menolong. Anak singa itu tidak kuasa melihat induk kambing yang telah ia anggap sebagai ibunya dicengkeram serigala. Dengan nekat ia lari dan menyeruduk serigala itu. Serigala kaget bukan kepalang melihat ada seekor singa di hadapannya. Ia melepaskan cengkeramannya. Serigala itu gemetar ketakutan! Nyalinya habis! Ia pasrah, ia merasa hari itu adalah akhir hidupnya!

Dengan kemarahan yang luar biasa anak singa itu berteriak keras, “Emmbiiik!”

Melihat tingkah anak singa itu, serigala yang ganas dan licik itu langsung tahu bahwa yang ada di hadapannya adalah singa yang bermental kambing. Tak ada bedanya dengan kambing. Seketika itu juga ketakutannya hilang. Ia menggeram marah dan siap memangsa kambing bertubuh singa itu!

Saat anak singa itu menerjang dengan menyerudukkan kepalanya layaknya kambing, serigala itu langsung merobek wajah anak singa itu dengan cakarnya. Anak singa itu terjerembab dan mengaduh, seperti kambing mengaduh.

Pada saat itu, seekor singa dewasa muncul dengan auman yang dahsyat.

Semua kambing ketakutan dan merapat! Tak terkecuali si anak singa. Anak singa itu terus lari dan lari. Singa dewasa itu terus mengejar. Akhirnya, anak singa itu tertangkap. Anak singa itu ketakutan. Ia meronta dan berteriak keras. Suaranya bukan auman, tetapi suara embikan. Sang singa dewasa heran bukan main. Dengan geram ia menyeret anak singa itu ke danau. Begitu sampai di danau yang jernih airnya, ia meminta anak singa itu melihat bayangan dirinya sendiri. Lalu membandingkan dengan singa dewasa.

Begitu melihat bayangan dirinya, anak singa itu terkejut, “Oh, rupa dan bentukku sama dengan kamu. Sama dengan singa, si raja hutan!”

“Ya kamu adalah seekor singa, raja hutan yang berwibawa dan ditakuti oleh seluruh isi hutan!

Singa dewasa lalu mengangkat kepalanya dengan penuh wibawa dan mengaum dengan keras. Anak singa itu lalu menirukan, dan mengaum dengan keras hingga menggetarkan seantero hutan. Anak singa itu kembali berteriak penuh kemenangan, “Aku adalah seekor singa! Raja hutan yang gagah perkasa!”


Nah perhatikan penjelasan mengenai unsur intrinsik yang terkandung dalam dongeng di atas

1. Tema

Tema yang terkandung dalam teks dongeng di atas adalah kasih sayang tanpa membedakan. Seekor kambing memiliki rasa kasih dan sayang kepada seekor anak singa tanpa membedakan dengan anak-anak kandungnya sendiri. Padahal, dia sudah mengetahui bahwa singa adalah raja hutan, binatang yang paling berkuasa di hutan.

2. Amanat

Ada beberapa amanat yang terkandung dalam teks dongeng di atas, di antaranya.

Memiliki rasa kasih dan sayang tanpa membedakan siapa pun.
Memiliki rasa empati kepada orang lain yang sedang mengalami kesusahan.
Memiliki perasaan untuk membalas budi kepada orang yang telah memiliki kepedulian dengan kita.
Dapat menempatkan diri di mana pun kita berada.
Memiliki perasaan marah dan sedih saat orang lain menyakiti ibu atau saudara kita.

3. Alur

Alur yang tergambar dalam teks dongeng ini adalah alur maju.

4. Tokoh dan penokohan

Tokoh yang ada dalam dongeng ini adalah anak singa, induk kambing, kambing dan saudara-saudaranya, serigala, dan singa dewasa.

Anak singa memiliki sifat penurut dan penakut. Induk kambing memiliki sifat penolong dan bijaksana. Kambing dan saudara-saudaranya memiliki sifat baik dan tidak iri. Serigala memiliki sifat rakus dan kejam. Singa dewasa memiliki sifat penolong dan bijaksana.

5. Latar

Latar tempat dalam dongeng ini adalah di hutan belantara. Latar waktunya adalah sehari-hari. Latar suasananya adalah damai dan menegangkan.

6. Sudut pandang

Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam dongeng ini adalah persona ketiga.

7. Gaya Bahasa

Gaya bahasa dalam dongeng ini adalah bahasa lugas.

Relevansi isi dongeng Seekor Anak Singa dengan situasi sekarang diantaranya adalah :

- Kita harus memiliki rasa kasih dan sayang tanpa membedakan siapa pun,
- Memiliki rasa empati kepada orang lain yang sedang mengalami kesusahan,
- Memiliki perasaan untuk membalas budi kepada orang yang telah memiliki kepedulian dengan kita,
- Dapat menempatkan diri di mana pun kita berada, dan
- Memiliki perasaan marah dan sedih saat orang lain menyakiti ibu atau saudara kita.

Semoga bermanfaat, Amin Ya Alloh Ya Robbal 'Alamin!


Sumber:
- kemdikbud.go.id

Posting Komentar

0 Komentar