Cerita binatang atau disebut Fabel merupakan salah satu bentuk cerita tradisional yang menampilkan binatang sebagai tokoh cerita. Binatang-binatang tersebut diibaratkan dapat berpikir dan berinteraksi layaknya komunitas manusia, juga dengan permasalahan hidup layaknya manusia. Mereka dapat berpikir, berlogika, berberperasaan berbicara, bersikap, bertingkah laku, dan lain-lain sebagaimana halnya manusia dengan bahasa manusia. Cerita binatang seolah-olah tidak berbeda halnya dengan cerita yang lain, dalam arti cerita dengan tokoh manusia, selain bahwa cerita itu menampilkan tokoh binatang.
Asal-usul cerita binatang menurut para Ahli diantaranya Burhan Nurgiyantoro, menurutnya paling tidak ada dua pendapat yang memberikan argumentasi.
Pertama, cerita binatang sudah muncul sejak manusia masih primitif, dan dalam masyarakat primitif orang tiap hari berkumpul dengan binatang. Kedua, cerita binatang berasal dari India dan kemudian menyebar ke Asia dan Eropa karena di India terdapat banyak cerita binatang yang termashur seperti Jataka, Pancatantra, dan Sukasaptati. Dalam kepercayaan masyarakat India, makhluk-makhluk itu hakikatnya sama saja karena dalam titisannya manusia dapat menjadi binatang, dan sebaliknya binatang dapat menjadi manusia. Oleh karena itu, binatang-binatang juga diceritakan dapat berbicara, berpikir, dan berasa sebagaimana halnya manusia.
Jenis-jenis Fabel
1. Fabel klasik
Cerita binatang klasik dimaksudkan sebagai cerita yang telah ada sejak zaman dahulu, namun tidak diketahui persis kapan munculnya, yang diwariskan secara turun-temurun terutama lewat sarana lisan.
Fabel klasik sudah ada sejak zaman Yunani klasik dan India kuno misalnya cerita yang berjudul Jataka dan Pancatantra. Di Indonesia cerita itu juga ditemukan di Malayu, Jawa, Sunda, Toraja. Dalam cerita itu selalu ditampilkan binatang yang menjadi peran utama, kecil, lemah, tetapi cerdas sehingga dapat menundukkan binatang-binatang yang besar dan kuat. Pada sastra Melayu dan Jawa tokoh binatang itu adalah kancil, sedang pada sastra Sunda kera, dan di Toraja kerahantu.
2. Fabel modern
Secara prinsipil tidak ada perbedaan antara fabel klasik dan fabel modern kecuali bahwa yang disebut belakangan ditulis relative belum lama dan sengaja dimaksudkan sebagai bahan bacaan sastra. Namun, bahwa cerita binatang dipergunakan untuk memberikan pesan moral kepada pembaca, terutama anak-anak, merupakan tujuan lain hadirnya cerita itu baik dalam cerita binatang klasik maupun modern.
Dilihat jumlahnya fabel modern jauh lebih banyak daripada fabel klasik karena setiap saat selalu saja bermunculan lewat berbagai media massa. Tokoh –tokoh binatang yang dimunculkan amat beragam meliputi berbagai jenis binatang seperti bermacam burung, ikan, binatang hutan, binatang rumahan dan lain-lain jauh lebih beragam daripada dalam fabel klasik. Penyajiannya dalam bentuk buku bacaan juga terlihat semakin menarik saja, yaitu dengan disertai gambar-gambar yang sesuai pada tiap halaman dan dengan sampul depan yang tidak kalah menarik.
Ciri – Ciri Fabel
- Tokoh yang berperan adalah binatang
- Tema dari cerita fabel tersebut biasanya tentang hubungan sosial
- Perwatakan yang digambarkan pada fabel menyerupai karakter manusisa misalnya baik, buruk, egois, cerdik,atau lainnya. Jadi, tokoh fabel atau (binatang) bisa berpikir, melakukan komunikasi serta bertingkah laku layaknya yang dilakukan oleh manusia.
- Sudut pandangnya ialah sudut pandang dari orang ketiga.
- Alur cerita fabel memakai alur maju.
- Didalam fabel juga ada konflik yang mencakup permasalahan dalam dunia hewan yang mirip dengan dunia manusia.
- Cerita fabel juga lengkap dengan latar tempat, waktu, sosial maupun latar emosional.
Selanjutnya ciri bahasa yang dipakai pada fabel sifatnya naratif atau berurutan. Yang mana bahasanya berupa kalimat langsung yang menggunakan bahasa informal dikehidupa sehari-hari. Didalamnya juga mengandung amanat ataupun pesan untuk pembacanya.
Unsur – Unsur Fabel
- Tema : Ide atau juga gagasan inti sebuah cerita
- Latar : Melingkupi latar tempat, waktu, sosial, dan emosional
- Tokoh : Para pelaku yang terlibat di dalam suatu cerita (binatang)
- Watak Tokoh : Merupakan sifat-sifat yang digambarkan oleh tokoh cerita (seperti misalnya sifat manusia)
- Konflik : Permasalahan didalam cerita
- Amanat : Pesan yang terkandung di dalam cerita
- Cara Penceritaan : Merupakan Sudut pandang yang digunakan didalam cerita
- Tujuan Komunikasi Fabel : Menginspirasi, menghibur, serta juga mendidik
- Alur : Jalan cerita (alur maju)
- Pesan : Pesan yang ingin disampaikan oleh si penulis kepada pembaca.
Semoga bermanfaat, Amin Ya Alloh Ya Robbal 'Alamin!
Asal-usul cerita binatang menurut para Ahli diantaranya Burhan Nurgiyantoro, menurutnya paling tidak ada dua pendapat yang memberikan argumentasi.
Pertama, cerita binatang sudah muncul sejak manusia masih primitif, dan dalam masyarakat primitif orang tiap hari berkumpul dengan binatang. Kedua, cerita binatang berasal dari India dan kemudian menyebar ke Asia dan Eropa karena di India terdapat banyak cerita binatang yang termashur seperti Jataka, Pancatantra, dan Sukasaptati. Dalam kepercayaan masyarakat India, makhluk-makhluk itu hakikatnya sama saja karena dalam titisannya manusia dapat menjadi binatang, dan sebaliknya binatang dapat menjadi manusia. Oleh karena itu, binatang-binatang juga diceritakan dapat berbicara, berpikir, dan berasa sebagaimana halnya manusia.
Jenis-jenis Fabel
1. Fabel klasik
Cerita binatang klasik dimaksudkan sebagai cerita yang telah ada sejak zaman dahulu, namun tidak diketahui persis kapan munculnya, yang diwariskan secara turun-temurun terutama lewat sarana lisan.
Fabel klasik sudah ada sejak zaman Yunani klasik dan India kuno misalnya cerita yang berjudul Jataka dan Pancatantra. Di Indonesia cerita itu juga ditemukan di Malayu, Jawa, Sunda, Toraja. Dalam cerita itu selalu ditampilkan binatang yang menjadi peran utama, kecil, lemah, tetapi cerdas sehingga dapat menundukkan binatang-binatang yang besar dan kuat. Pada sastra Melayu dan Jawa tokoh binatang itu adalah kancil, sedang pada sastra Sunda kera, dan di Toraja kerahantu.
2. Fabel modern
Secara prinsipil tidak ada perbedaan antara fabel klasik dan fabel modern kecuali bahwa yang disebut belakangan ditulis relative belum lama dan sengaja dimaksudkan sebagai bahan bacaan sastra. Namun, bahwa cerita binatang dipergunakan untuk memberikan pesan moral kepada pembaca, terutama anak-anak, merupakan tujuan lain hadirnya cerita itu baik dalam cerita binatang klasik maupun modern.
Dilihat jumlahnya fabel modern jauh lebih banyak daripada fabel klasik karena setiap saat selalu saja bermunculan lewat berbagai media massa. Tokoh –tokoh binatang yang dimunculkan amat beragam meliputi berbagai jenis binatang seperti bermacam burung, ikan, binatang hutan, binatang rumahan dan lain-lain jauh lebih beragam daripada dalam fabel klasik. Penyajiannya dalam bentuk buku bacaan juga terlihat semakin menarik saja, yaitu dengan disertai gambar-gambar yang sesuai pada tiap halaman dan dengan sampul depan yang tidak kalah menarik.
Ciri – Ciri Fabel
- Tokoh yang berperan adalah binatang
- Tema dari cerita fabel tersebut biasanya tentang hubungan sosial
- Perwatakan yang digambarkan pada fabel menyerupai karakter manusisa misalnya baik, buruk, egois, cerdik,atau lainnya. Jadi, tokoh fabel atau (binatang) bisa berpikir, melakukan komunikasi serta bertingkah laku layaknya yang dilakukan oleh manusia.
- Sudut pandangnya ialah sudut pandang dari orang ketiga.
- Alur cerita fabel memakai alur maju.
- Didalam fabel juga ada konflik yang mencakup permasalahan dalam dunia hewan yang mirip dengan dunia manusia.
- Cerita fabel juga lengkap dengan latar tempat, waktu, sosial maupun latar emosional.
Selanjutnya ciri bahasa yang dipakai pada fabel sifatnya naratif atau berurutan. Yang mana bahasanya berupa kalimat langsung yang menggunakan bahasa informal dikehidupa sehari-hari. Didalamnya juga mengandung amanat ataupun pesan untuk pembacanya.
Unsur – Unsur Fabel
- Tema : Ide atau juga gagasan inti sebuah cerita
- Latar : Melingkupi latar tempat, waktu, sosial, dan emosional
- Tokoh : Para pelaku yang terlibat di dalam suatu cerita (binatang)
- Watak Tokoh : Merupakan sifat-sifat yang digambarkan oleh tokoh cerita (seperti misalnya sifat manusia)
- Konflik : Permasalahan didalam cerita
- Amanat : Pesan yang terkandung di dalam cerita
- Cara Penceritaan : Merupakan Sudut pandang yang digunakan didalam cerita
- Tujuan Komunikasi Fabel : Menginspirasi, menghibur, serta juga mendidik
- Alur : Jalan cerita (alur maju)
- Pesan : Pesan yang ingin disampaikan oleh si penulis kepada pembaca.
Semoga bermanfaat, Amin Ya Alloh Ya Robbal 'Alamin!
0 Komentar